Fedi Nuril: Marah dengan Politik Indonesia, Buzzer Diadang Pakai Garpu Siomai
Kini, Fedi Nuril tak lagi identik dengan sosok pria religius beristri dua dalam film. Kritiknya terhadap politik Indonesia tajam seperti golok, pedas seperti sambal. Keberaniannya menyentil para pejabat negara membuat buzzer gelisah dan langsung bereaksi.
Dulu, mereka berharap film terbaru Fedi Nuril gagal. Namun, situasinya berbalik. Bila Ibu Esok Tiada yang dibintangi Fedi berhasil meraih 3,6 juta penonton. Buzzer semakin geram. Bintang Ayat-Ayat Cinta ini pun tak ragu melawan balik dengan cara yang kocak
Tidak dengan mengumpat atau melontar kata-kata kasar. Fedi Nuril mengatai buzzer pakai perkakas dapur dari garpu siomai, kerokan blewah, hingga cetakan tumpeng komplet dengan gambarnya. Walhasil, suasana timeline Twitter makin meriah.
Fedi Nuril sedang aktif-aktifnya ngetwit politik ya, Bun? Begitulah celetukan sejumlah netizen merespons sang aktor yang belakangan “mengurusi” isu politik dari IKN, kontroversi jet pribadi, AHY jadi menterinya Jokowi, hingga anggaran makan siang gratis hanya Rp10 ribu.
Banyak yang menduga Fedi Nuril speakup di ruang publik karena resah dengan kondisi politik Indonesia. September 2024 misalnya, ia sampai bikin cuitan bertajuk Anabel (Analisis Gembel) sembari menyenggol Jokowi yang kala itu masih jadi Presiden RI.
“Anabel (analisis gembel) gue. Sejak UU No. 10/1964 disahkan, rencana untuk memindahkan ibu kota sudah tidak ada lagi atau tidak dipertimbangkan lagi. Jadi, perlu hati2 menyebut Sukarno tentang pindah ibu kota, Pak Jokowi,” cuitnya pada 30 September 2024.
Cuitan politik ini hanyalah satu dari sekian banyak yang dicuitkan Fedi Nuril. Ayah tiga anak ini mengaku tidak berada di level resah melainkan marah. Sikap kritisnya belakangan ini disebut Fedi Nuril sebagai: sudah waktunya.
“Kenapa akhirnya speakup karena memang sudah bukan resah lagi, sudah masuk level marah. Marah dengan kondisi politik, kondisi negara, jadi kayak... sudah waktunya speakup saja,” aktor kelahiran 1 Juli 1982 itu menjelaskan.
Fedi Nuril mengingatkan, ia bukan satu-satunya seniman yang mulai mengkritisi beragam kebijakan Pemerintah. Ia lantas mencontohkan Reza Rahadian, Joko Anwar, Arie Kriting dan kawan-kawan yang turun ke jalan setelah “Peringatan Darurat” menyala tempo hari.
Jauh sebelum itu, Iwan Fals, Wiji Thukul, hingga Kantata Takwa menyuarakan kritik dalam karya seni. Karya itu lantas diuji waktu hingga dilabeli abadi. Fedi Nuril menyadari salah satu konsekuensinya adalah diserang buzzer. Jadi takut? Tentu tidak.
“Dengan era buzzer ini, langsung bermunculan, menyerang balik sedangkan tujuan kami bukan buat berantem dengan mereka tapi menyuarakan keresahan. Kalau dilihat zaman dulu ada Warkop DKI, Iwan Fals, Kantata Takwa. Mereka juga mengkritik,” kata Fedi Nuril.