Jokowi Obrak Abrik Kandang Banteng
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah (Jateng) nomor urut 02 Ahmad Luthfi-Taj Yasin unggul versi hitung cepat dari lawannya nomor urut 01 Andika Perkasa-Hendrar Prihadi atau Hendi. Terkait hasil ini pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip), Wahid Abdulrahman, menyebut ada Jokowi effect di balik keberhasilan Luthfi-Yasin mengamankan suara di Jawa Tengah yang dikenal sebagai kandang banteng ini.
"Melihat hasil hitung cepat Pilgub Jawa Tengah, pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin dapat dipastikan menjadi pemenang. Dengan rentang selisih suara lebih dari 10 persen sebagaimana misalnya quick count Kompas, Indikator, LSI , Charta Politika dan SMRC," kata Wahid dalam keterangannya kepada detikJateng, Kamis (28/11/2024).
Berdasarkan observasi yang dilakukan Wahid selama proses Pilgub Jateng 2024, setidaknya ada enam faktor determinan sebagai penopang kemenangan Paslon 02 itu sehingga lebih unggul dari Paslon 01. Faktor pertama yaitu efek kandidat atau candidate attractiveness. Luthfi memiliki citra sebagai figur purnawirawan polisi yang dekat dengan rakyat dan empati yang ditunjukkan selama kampanye bertemu dengan masyarakat berbagai profesi.
Kedekatan dan empati ini didukung dengan komunikasi yang njawani. Tentu efek kandidat dan keunggulan ini bersifat komparatif (comparative advantage), sebab banyak pula pemilih yang tertarik dengan Paslon 01 karena figur Andika Perkasa atau Hendar Prihadi (Hendi) dengan persepsi yang sama terhadap Ahmad Luthfi. Bahkan untuk aspek tertentu seperti kinerja dan pengalaman mengelola birokrasi Hendar Prihadi relatif lebih unggul," jelasnya.
Paslon 02 juga memiliki efek kandidat dari calon wakil gubernurnya yaitu Gus Yasin sebagai representasi santri. Wahid menjelaskan citra Yasin sebagai santri yang rendah hati (tawadu'), sederhana, pengalaman ngopeni pesantren, dan bersih.
Sebagai kandidat, Taj Yasin memiliki daya tarik religiusitas secara absolut dibandingkan figur lain sehingga mampu memperkuat positioning Paslon 02 khususnya di mata pemilih santri," tegasnya.
Dia juga menilai isu-isu yang datang menerpa Paslon 02 seperti kasus Sambo ternyata tidak berdampak signifikan. Kemudian faktor kedua yaitu eksistensi jaringan relawan seperti jaringan kiai-santri dan relawan Jokowi-Prabowo.
Di sejumlah daerah seperti Rembang, Jepara, Kudus, Demak, dan Brebes, jaringan alumni Sarang begitu masif dan kokoh. Termasuk dengan alumni pesantren lainnya seperti Lirboyo dan Tegalrejo. Peran Taj Yasin sebagai aktor sentral jaringan menjadi sangat penting, sebagai repetisi Pilgub 2018. Demikian halnya dengan jaringan santri yang dirajut oleh aktor-aktor dari kalangan Nahdliyyin berjalan cukup efektif.
"Keberadaan Gus Umar sebagai ketua tim pemenangan Paslon 01 memang relatif mampu menembus sejumlah pesantren, namun demikian upaya tersebut tidak bisa berjalan secara masif. Peran elektoral jaringan santri semakin kuat ketika Paslon 02 menutup masa kampanye dengan doa bersama di Simpang Lima Semarang," katanya.